Posts

Showing posts from 2013

Clavicle

Image
Kuhempaskan diri. Diam mengamati. Memohon waktu bersedia terus mengalir untukku. Padahal pekerjaanku menunggu. Namun rela kutukar demi detik berikutnya kudapati matamu. Yang menyimpan kelembutan. Menjinakkan mataku yang meledak-ledak tak karuan. Harusnya aku pulang saja. Menenggelamkan diri dalam lembaran tinta. Tak ada yang bersalah. Tak ada yang disalahkan. Sungguh. Senja pun tak tau jawabannya. Ia hanya berjanji menghias langit dengan cat air istimewa. Dan tugasnya tuntas sempurna. Aku senang saat kau mengunjungi halamanku. Seperti kunang-kunang. Melayang begitu indah hingga malam tak lagi pekat. Berpendar begitu nyata hingga mimpi terasa dekat. Besoknya kau hilang. Mengunjungi halaman yang lebih indah. Aku bisa apa? Satu huruf penyesalan pun tak berhak tau. Pada lembaran tinta lagi kumengadu. Kau tau, yang paling menyakitkan bagiku bukan menangis sekencang atau sekeras-kerasnya. Namun tak mampu mengalir saat ingin menumpahkan rasa, atau bergulir seketika walau setengah mati m

Dementor

Image
Hal yang terlintas dalam benak gue saat denger kata mentor adalah sosok Dementor yang gentayangan di film Harry Potter. Makhluk kejam dan menyeramkan yang menghisap kekuatan manusia. Persis seperti mentor yang suka menghisap kebahagiaan caangnya. Haha. Piss. Jadi mentor? Hemm kelihatannya enak ya. Gak perlu repot nyiapin perencanaan (yaiyalah, udah ngalamin duluan), gak perlu latihan sekeras caang (kata siapa?), terlihat keren karena tau segala hal (jieee), atau kadang bikin caangnya penasaran setengah hidup (ugh!). Semua itu berubah 180 derajat saat gue ditunjuk jadi mentor. Beuuuh, sebuah tanggung jawab yang besar. Caang lo adalah representasi diri lo. Dan, hey, kata siapa jadi mentor itu gampang? Lo harus mampu mengarahkan dan mengontrol caang. Mengikuti progres setiap pertemuan. Melakukan latihan lebih banyak. Memastikan mereka nangkep apa yang lo maksud dan mengaplikasikannya dengan baik. Dan point terakhir adalah yang tersulit. Tapi, tentunya kita bahagia banget kalo

A Journey

Image
Awalnya saya ragu. Bagaimana mungkin saya menerima jabatan yang kompetensinya merupakan kelemahan saya? Namun seseorang menyadarkan saya bahwa dari situlah kita belajar, dari situlah kita mengubah kelemahan menjadi kekuatan, dan yang paling penting, dari situlah kita mau untuk “mencoba” dan mengambil peran. Saya bukan orang yang pandai berkomunikasi secara lisan. Berbicara di depan umum adalah hal yang mengerikan. Hiii. Saya juga bukan tipe orang “pemimpin”. Lebih suka diberi tugas kemudian berimprovisasi. Dua hal itu adalah hambatan sekaligus tantangan yang harus saya taklukkan dalam menjalani periode kepengurusan. Whoaaa. But, again, that person showed me that nothing’s impossible. Tak terasa setahun sudah saya menempati posisi ini. Berbagai suka duka menghiasi hari-hari. Namun, pengalaman yang saya peroleh jauh lebih banyak. Salah satunya kemampuan komunikasi saya membaik walau terkadang masih belepotan dan kurang percaya diri. Hehe. Merupakan pengalaman yang luar biasa menjad

Kantin Sekolah

Bekasi punya beberapa lokasi kuliner yang cukup oke. Berhubung gue dan sahabat-sahabat gue doyan makan, kami suka mencoba tempat baru. Jamannya putih abu dulu. Karena kami harus berpisah saat menginjak bangku kuliah, jeilah, maksudnya perguruan tinggi kami berbeda (hiks), frekuensi kulineran gak sesering dulu. Kalo lagi sama sama balik ke Bekasi aja. Dan hari Senin gue mau kulineran DUA RONDE sama salah satu sahabat gue. Sebut saja Rivan. Destinasi pertama kami adalah soto mie samping masjid yang kata Rivan porsinya buanyak. Letaknya di dekat Masjid Al Barkah Alun-alun Bekasi. Rivan suka makan disini sewaktu kecil. Doi heran kenapa gue—yang notabene suka makan—gak tau tempat ini. Pesanan kami datang. Satu porsi soto mie dan satu porsi soto daging. Gue agak bingung melihat pesanan Rivan yang tanpa nasi itu. Gak mungkin ukuran lambungnya tetiba mengecil. “Kok gak pake nasi?” “Kan nanti mau makan lagi.” Jawabnya sambil nyengir. Ternyata ajakan kuliner dua ronde bukan candaan bela

Banten Lama

Image
Sabtu lalu gue mengagendakan manjat di Ciampea. Semangat 45 banget karena udah lama gak ketemu tebing. Jumat malem gue keluarin peralatan yang mau dibawa. Karena beberapa alasan, manjatnya batal. Beuh... Ibaratnya gue udah naik tangga wahana seluncur Waterboom berpuluh-puluh meter dan ketika sampe atas wahananya tutup! Rasanya mau terjun gitu aja gak usah lewat perosotan. Dengan keajaibanNya agenda manjat gue beralih menjadi study tour ke Banten Lama. Perkenalkan, penyelamat gue weekend lalu sekaligus teman jalan yang menggemaskan. Rama . Jadi, kalo kalian melihat tante tante lagi tamasya di Serang sama keponakannya Sabtu lalu, percayalah itu gue dan Rama. Ditemani buku Balada Si Roy milik Rama selama perjalanan Apa itu Banten Lama? Semacam kota tuanya Banten. Gue gak akan cerita sejarah di balik peninggalan-peninggalan yang ada di Banten Lama. Silahkan cari di eyang gugel untuk info lebih jauh. Cuma ingin berbagi tentang Banten (Serang lebih tepatnya) dengan segala keun