3 Investasi untuk Anak Muda

“Jangan ribet-ribet mau investasi, duitnya ada kagak???” Pertanyaan ini menimbulkan tawa ringan yang disusul obrolan hangat di antara dinginnya perbukitan Sukabumi. Bertemu dengan orang-orang ini adalah momen yang selalu gua tunggu. Sambil menanti adik-adik tiba dari gunung, gua ngobrol santai sama salah satu senior yang menurut gua udah mencapai financial freedom dalam hidupnya. Maklum, di umur segini, tema investasi lagi cukup seksi buat dibahas. Dan menurut gua pribadi, yang wajib di-invest sejak muda gak cuma keuangan aja, tapi juga kesehatan dan… buku!

1. Investasi Keuangan
Bagian ini bakal panjang karena ngomongin finansial ternyata seseru itu! Gua sendiri baru melek sama isu finansial dua tahun belakangan. Dulu pas awal kerja, ngerasa seneng banget bisa ngehasilin duit sendiri dan larut sama sindrom YOLO alias You Only Live Once. Gak bisa lihat tanggal merah dianggurin gitu aja. Gak salah sih, cuma nyesel karena waktu itu gak dibarengi sama pengetahuan finansial yang mumpuni.

Teringat percakapan empat tahun lalu. Gua baru pindah ke Atambua buat kerja. Temen gua ke Papua. Kami sama-sama baru lulus. Jiwa petualang gua lagi berkobar-kobar. Apa itu nabung? Ah, dikit aja lah. Nanti kalo butuh buat traveling, diambil juga gak apa-apa.

"Bro, gimana di sana? Wah, lo pasti jalan-jalan mulu ya. Kan enak udah di Papua."
"Enggak, Git. Sejujurnya, gua udah gak minat jalan-jalan gitu. Entah kenapa. Sekarang lebih mikirin masa depan, Git. Gua lagi fokus nabung buat beli rumah."
"HE? Bro, is that you?"

Sekarang gua paham, fase tiap orang itu berbeda. Empat tahun lalu, prioritas gua adalah jalan-jalan dan sedikit nabung, sedangkan temen gua nabung buat beli rumah. Setelah lebih melek sama isu finansial, prioritas gua pun mulai berubah.

Senior gua bilang, hal pertama yang perlu disiapin buat investasi adalah UANGNYA. Iya, uangnya. Gimana mau investasi kalau uangnya gak ada?
"Begitu gajian, lu langsung pisahin uangnya. Kalo enggak, lu gak bakal bisa nabung. Gak ada istilahnya nabung di akhir bulan. Pasti abis tuh duit."
Yep, kalau baru misahin di akhir bulan GAK BAKAL KEJADIAN karena alam bawah sadar kita selalu merasa UANG KITA MASIH CUKUP. Namun, tanpa disadari, akhir bulan tak bersisa kaya perasaan dia ke kamu. Eaaa.

Buat yang kesulitan nabung, coba buka rekening baru khusus buat tabungan. Gua rekomendasiin Jenius. Sesuai namanya, tabungan ini sangat ngebantu gua dalam ngelola keuangan secara apik. Cukup dari mobile app, semua bisa diatur. Yang paling gua suka dari Jenius: Gratis biaya transfer ke bank lain, gak ada biaya administrasi per bulan, kemudahan atur deposito sendiri dan bisa manage sampai tiga kartu di satu aplikasi. Hebatnya, bisa buat transaksi pembayaran yang membutuhkan kartu kredit seperti Netflix dan Spotify. Bahkan kemarin gua berhasil bayar Google Domain pake ini di mana bacaan formulirnya "hanya menerima kartu internasional". Man, Jenius is a game-changer.

Buat yang lebih besar pasak daripada tiang, coba mulai catet pengeluarannya. Bisa manual (catet di buku), bisa digital (catet di hp). Sejak awal tahun, gua pakai aplikasi Wallet. Tampilannya informatif, mudah dioperasikan dan fiturnya beragam. Ngebantu banget buat nahan diri dari segala macam godaan duniawi karena bisa kelihatan uang gua pergi ke mana aja dalam sebulan; makan kah, transportasi kah, baju kah, traveling kah, biaya sosial kah, biaya bucin kah, dsb.

Apapun metode yang diterapkan, menurut gua yang paling penting adalah proses ngebangun habit-nya. Buat disiplin sama diri sendiri, butuh komitmen yang tinggi. Waktu awal pakai aplikasi Wallet, gua sering lupa catet pengeluaran. Pernah bolong selama dua minggu. Setelah mulai kerasa dampaknya, gua konsisten buat nyatet semua pengeluaran. Praktik kaya gini memang perlu dibiasain, sama halnya dengan ngebiasain diri buat nyisihin uang di awal.

Kalau tabungannya udah lumayan, uangnya dikemanain? Ini balik ke tujuan finansial masing-masing, skala prioritas dan risk profile. Penting banget buat identifikasi hal tersebut sebelum nentuin investasi apa yang tepat buat lo. Beberapa temen gua mulai main saham. Ada juga yang lagi nyicil tanah, rumah atau nabung emas. Gua sendiri mulai coba investasi ke Surat Berharga Negara (SBN) yaitu Sukuk Tabungan (ST) dengan pertimbangan ST adalah produk yang paling cocok dan gua suka sejauh ini. Apapun produknya, please pelajari secara mendalam ya. Baca terms and condition dengan teliti. Jangan tergiur sama Return of Investment (RoI) atau imbal hasil yang tinggi dalam waktu singkat karena kemungkinan besar itu adalah investasi bodong.  

Buat yang masih terjebak dalam middle-income trap atau "gaji naik ya gaya hidup juga harus naik", resapi kalimat berikut:
"As your cash flow grows, you can indulge in some luxuries. An important distinction is that rich people buy luxuries last, while the poor and middle class tend to buy luxuries first. The poor and the middle class often buy luxury items like big houses, diamonds, furs, jewelry, or boats because they want to look rich. They look rich, but in reality they just get deeper in debt on credit." - Robert T. Kiyosaki
Sayangnya, edukasi tentang manajemen keuangan gak diajarin di bangku sekolah. Padahal topik ini krusial buat dipahami semua orang, terutama buat kelompok yang baru menghasilkan duit sendiri, agar tercipta manajemen keuangan yang lebih baik, bisa identifikasi prioritas pembiayaan dalam hidup dan gak mudah kena investasi bodong.

Buat yang butuh pencerahan, silahkan tengok akun ini: Instagram Zapfinance

Dan dengerin podcast ini:

2. Investasi Kesehatan
Selain keuangan, investasi yang gak kalah penting buat dimulai sejak muda adalah kesehatan. Untuk urusan yang satu ini, senior yang gua ceritain di atas pun jadi contoh panutan buat gua. Di usianya yang menginjak 70, beliau masih aktif naik gunung, baik di dalam maupun luar negeri (biasanya gunung es). Dan juga, masih sering ikut perjalanan panjang para junior yang lamanya bisa berhari-hari. Beliau dan senior lainnya yang masih aktif ini adalah the living proof bahwa sehat di hari tua—bahkan berakivitas berat—adalah hal yang sangat memungkinkan asalkan kita mau rutin olahraga dan menjaga kesehatan sejak dini.

“Lu liat nih, sekarang banyak temen gue yang kena stroke, kanker. Dulu (zaman) mudanya pada kagak olahraga. Mana coba, yang masih seger gue doang, yang lain pada sakit-sakitan.” ucap beliau dengan semangat.
“Physical activity provides additional benefits to certain groups. Among young people, physical activity contributes to healthy bones, efficient heart and lung function and improved motor skills and cognitive function. Among women, physical activity helps prevent hip fractures and reduce the effects of osteoporosis. Among older people, physical activity enhances functional capacity, helping maintain quality of life and independence.” *
Selain aktivitas fisik, menurut gua asupan ke dalam tubuh juga perlu diperhatiin sedini mungkin. Teringat ceramah dosen yang masih nyangkut banget sampai sekarang, “Coba, sekarang bapak tanya, kapan waktu yang tepat bagi seorang ibu untuk menyiapkan gizi terbaik saat hamil? Apakah pas si ibu tau kalau dia hamil? Selama hamil? Sebelum hamil? Atau setelah menikah? Yang bener ya pas masih muda. Pas se-kalian ini. Karena badan yang sehat itu gak terbentuk dalam semalam. Ya dari sekarang ini nih, mulai perhatikan apa yang kalian makan.”

Gua percaya apa yang gua lakukan sekarang akan gua tuai di kemudian hari, termasuk kesehatan. Pola hidup gua sekarang punya dampak yang besar pada kondisi tubuh gua nanti. Dan para senior hebat ini adalah role model sekaligus sumber semangat gua untuk terus berolahraga dan hidup sehat sejak muda.

3. Investasi Pengetahuan (misalnya, buku)
Kalau ngomongin literasi di Indonesia, sering bikin gua sedih. Apalagi baca studi dari The World’s Most Literate Nations (WMLN) yang menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara untuk tingkat literasi. Tragis. Kalau kata Najeela Shihab sih, "Semua orang itu sebenarnya suka baca. Mereka belum nemu aja buku yang tepat."

Perkenalan gua dengan buku dimulai dari SD. Dulu kakak gua suka dibeliin komik, gua ikut-ikutan baca. Beranjak SMP, ada tetangga seumuran yang selalu update sama novel teenlit. Tiap ada keluaran terbaru, dia pasti punya. Gua seneng karena gua bisa pinjem dari dia. Dari situ gua mulai suka baca karena cerita teenlit-nya seru-seru. Beranjak SMA, bacaan gua tambah bervariasi, mulai baca novel luar negeri walaupun masih terjemahan. Kuliah lebih bervariasi lagi, mulai kenal jenis tulisan yang berbau sastra. Sekarang udah bisa enjoy buku bahasa Inggris walaupun yang ringan.

Gua menyadari genre bacaan gua kian beragam seiring berjalannya waktu. Ada juga selera yang berubah. Gua inget banget dulu gua demen novelnya Nicholas Sparks tapi sekarang males banget baca yang mellow-mellow kaya gitu, LOL.

Kenapa gua suka baca? Menurut gua, buku mampu menyajikan berbagai sudut pandang yang layak untuk diketahui dan dirayakan oleh setiap insan. Tanpa sadar, pola pikir dan sikap kita pun dapat dipengaruhi dari apa yang kita baca. Buku juga yang bikin gua terheran-heran setiap baca genre fantasy atau science fiction. Kok penulisnya pinter banget ya. Kok kepikiran ya bikin cerita kaya gini. Atau indahnya pelintiran kata sering bikin gua bergumam, Ugh, persis apa yang gua rasain. Sialan.

Jadi, kenapa harus investasi sama kegiatan baca? Agar wawasan kita terus meluas, gak di situ-situ aja. Juga, sebagai media untuk belajar hal baru dan memahami sesuatu lebih baik dari sudut pandang yang ternyata bermacam-macam. Gua berharap generasi muda mulai responsif sama kegiatan baca seperti halnya responsif sama olahraga lari yang makin happening di kalangan anak muda saat ini.


"I do believe something very magical can happen when you read a good book." - J.K. Rowling


* United Nations Inter-Agency Task Force on Sport for Development and Peace. 2003. Sport as a Tool for Development and Peace: Towards Achieving the United Nations Millennium Development Goals. United Nations.

Comments

Popular posts from this blog

Sejuta Pesona Sawarna

Thrilling Geger Bentang

Another Best Escape